A. Erich Fromm
Biografi
Erich Fromm lahir pada tahun 1900 di Frankfurt, Jerman. Keluarga Erick
Fromm adalah keluarga yang taat beragama Yahudi, setelah dewasa dia menjadi
seorang mistikus yang atheis. Fromm menerima gelar Ph.D-nya dari Heidelberg
tahun 1922, dan setelah itu berkarir sebagai psikoterapis. Menjelang akhir
karirnya, dia pindah mengajar ke Mexico city dan melakukan berbagai penelitian
tentang hubungan kelas-kelas ekonomi dengan tipe-tipe kepribadian dan meninggal
pada tahun 1980 di Swiss.
Teori
Keunikan teori Fromm terletak pada usahanya menggabungkan Freud dan Mark.
Di satu sisi, Freud memfokuskan teorinya pada alam bawah sadar,
kebutuhan-kebutuhan biologis, refresi dan lain sebagainya. Freud mempostulatkan
bahwa karakter manusia ditentukan oleh aspek biologis. Sedangkan Mark
berpendapat bahwa manusia ditentukan oleh masyarakat tempat hidupnya, khususnya
oleh sistem ekonomi yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Fromm
menambahi dua sistem deterministik yaitu ide tentang kebebasan. Fromm mengarahkan orang untuk melampaui determinisme yang ditentukan oleh Freud dan Marx.
Sebenarnya Fromm menjadikan ide tentang kebebasan ini sebagai karakteristik
utama manusia. contoh determinasi sendiri adalah determinisme biologis ala Freudian yang merupakan binatang.
Binatang tidak mencemaskan masalah kebebasan, insting mereka telah disiapkan
menghadapi segala sesuatu. Tupai, misalnya, tidak perlu pusing-pusing
memikirkan mereka akan jadi apa setelah dewasa. Mereka harus jadi tupai, itu
saja.
Kondisi Eksistensi Manusia
1. Dilema Eksistensi
Menurut
Fromm hakekat manusia bersifat dualistik. Empat dualistik dalam diri manusia
yang merupakan kondisi dasar eksistensi manusia, yaitu :
1)
Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia
2)
Hidup dan mati
3)
Ketidaksempurnaan dan kesempurnaan
4)
Kesendirian dan kebersamaan
2.
Kebutuhan Manusia
Menurut
Fromm arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai manusia terbagai dua,
yaitu kebutuhan kebebasan dan keterikatan
dan kebutuhan untuk memahami dan
beraktivitas.
1)
Kebutuhan kebebasan dan keterikatan
a. Keterhubungan (relatedness)
Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari
dirinya sendiri.
b. Keberasalan (rootedness)
Kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman di dunia.
c. Menjadi
pencipta (transcendency)
Manusia membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat pasif
dikuasai alam menjadi aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari makhluk ciptaan
menjadi pencipta.
d. Kesatuan (unity)
Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakekat binatang
dan non binatang dalam diri individu.
e. Identitas (identity)
Kebutuhan untuk menjadi “aku” kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri
sebagai sesuatu yang terpisah.
2) Kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas
a. Kerangka orientasi (frame of orientation)
Orang membutuhkan peta hidup mengenai dunia sosial dan dunia yang
dialaminya. Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai eksistensi hidup, perjalanan hidup-tingkah
laku bagaimana yang harus dikerjakan, yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh
kesehatan jiwa.
b. Kerangka kesetiaan (frame of
devotion)
Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang mutlak. Kerangka pengabdian
adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar dari
nilai-nilai dan titik puncak dari semua perjuangan.
c. Keterangsangan-stimulasi (excitation-stimulation)
Kebutuhan untuk melatih sistem syaraf, untuk memanfaatkan kemampuan otak.
d. Keefektivan (efectivity)
Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan
melatih kompetensi.
3) Mekanisme melarikan diri dari kebebasan
Menurut Fromm ciri orang yang mentalnya sehat adalah orang yang mampu
bekerja produktif sesuai dengan tuntunan lingkungan sosialnya, sekaligus mampu
berpartisipasi dalam kehidupan penuh cinta.
Menurut
Fromm, normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan
kebahagiaan (kebersamaan) dari individu.
Ada dua cara
untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan. Pertama, mencapai
kebebasan positif dan kedua, memperoleh rasa aman.
Fromm mengemukakan 3 bentuk
pelarian diri dari kebebasan(escape from
Freedom) :
1.
otoritarianisme.
Kita lari
dari kebebasan dengan cara meluruhkan diri dengan orang lain. Misalnya, dengan
melibatkan diri ke dalam sistem yang otoriter seperti masyarakat zaman tengah.
Ini terjadi dengan dua cara, pertama dengan takluk pada kekuasaan orang lain,
menjadi pasif dan tunduk. Kedua, anda akan menjadi orang yang otoriter, artinya
Anda menjadi orang yang menentukan struktur bagi orang lain. Fromm mengatakan
bahwa bentuk paling ekstrem dari otoritarianisme adalah Mesokhisme dan Sadisme.
Menurutnya kedua sifat ini membuat orang dikuasai oleh keinginannya untuk
memainkan peranan yang aneh dan berbeda dengan orang lain.
2.
Destruktif.
Orang yang
otoriter menanggapi penderitaan mereka dengan cara mengecilkan, bahkan
meniadakan diri mereka sendiri. Fromm menambahkan bahwa kalau keinginan
seseorang orang dirusak untuk menghalangi keadaan sekelilingnya, dia akan
mengarahkan keinginan ini ke dalam (kepada dirinya sendiri). Bentuk paling
ekstrem dari menyakiti diri sendiri ini adalah bunuh diri, tapi bentuk-bentuk
lainnya juga sangat beragam seperti narkoba, alkoholisme sampai pada keinginan
sampai selalu pasif. Dia membalik insting kematian ala Frued, karena keinginan
menyakiti diri sendiri adalah wujud dari keputusasaan.
3.
konformitas
otomaton.
Orang-orang
otoriter lari dari kebebasan dengan cara bersembunyi dibalik hierarki kekuasaan
yang otoriter. Masalahnya adalah masyarakat saat ini lebih mengutamakan
kesetaraan, artinya tidak terlalu banyak hierarki kekuasaan yang bisa dijadikan
tempat bersembunyi. Cara ketiga ini adalah imbangan horizontal dari
otoritarianisme yang bersifat vertical. Orang yang menggunakan konformitas
otomaton persis seperti bunglon. Dia akan berubah sesuai dengan warna yang ada
disekelilingnya. Keberadaan “hakiki” manusia adalah kebebasan, maka
bentuk-bentuk pelarian dari kebebasan ini memencilkan kita dari diri
sendiri. Maksud Fromm disini adalah
kebebasan yang betul-betul bersifat pribadi, bukan kebebasan politik (yang
sering disebut “kemerdekaan”). Sebagai contoh, orang mengidap sadisme seksual
(masokhisme seksual), orang seperti ini adalah orang yang memiliki persoalan
psikologis sehingga mempengaruhi perilaku seksualnya.
Keluarga
Bentuk
pelarian dari kebebasan yang anda lakukan sangat terkait dengan kondisi
keluarga di mana Anda dibesarkan. Fromm menunjukan dua jenis keluarga yang
tidak produktif :
1. Keluarga-keluarga simbiotik
Simbiosis
adalah hubungan dua makhluk hidup di mana keberadaan yang satu menentukan
keberadaan yang lain. Dalam keluarga simbiotik beberapa anggota keluarga
“dikuasai” oleh anggota keluarga yang lain. Contoh yang paling jelas adalah
orang tua yang “menguasai” anaknya, sehingga kepribadian anak tumbuh menjadi bayangan
keinginan orang tua. Dalam masyarakat tradisional hal ini biasa terjadi
terutama pada diri anak-anak perempuan. Tapi ada pula anak yang menguasai orang
tua, dalam kasus ini, anak mendominasi atau memanipulasi orang tua yang
keberadaannya hanya melayani keinginan anaknya.
2. Keluarga yang acuh tak acuh
Ciri
keluarga ini adalah pengabaian yang dingin, kalau bukan kebencian yang dingin.
Jenis keluarga yang “dingin” ini adalah
bentuk pertama dari dua bentuk keluarga yang acuh tak acuh dalam peradaban
manusia. Dalam keluarga ini, tuntunan orang tua kepada anak-anaknya sangat
kuat, mereka diharapkan mampu meraih standar penghidupan yang lebih baik.
Hukuman yang diberikan apabila anak berbuat salah dilaksanakan dengan “darah
dingin” yang dijatuhkan “demi kebaikanmu sendiri”. Anak-anak yang dibesarkan
dalam keluarga ini sangat terdorong bahkan cenderung bernapsu untuk meraih
kesuksesan sebagaimana yang diinginkan budaya yang membesarkan mereka. Bentuk kedua dari keluarga acuh tak acuh
adalah keluarga modern. Perubahan cara pandang tentang bagaimana mengasuh anak
telah membuat para orang tua tidak mau lagi menjatuhkan hukuman fisik dan
perasaan bersalah kepada anak-anak mereka yang bersalah. Cara ini ditukar
dengan gagasan yang lebih baru, yakni dengan menjadikan anak-anak setara dengan
orang tua.seorang ayah menjadi “sahabat” anaknya. Atau seorang ibu menjadi
“teman curhat”anaknya. Tapi masalahnya adalah ketika mereka mengontrol emosi
anak-anak, orang tua cenderung tidak terlalu tanggap. Dalam keluarga seperti
ini anak-anak tumbuh tanpa tuntunan orang tua mereka. Mereka meperoleh
nilai-nilai yang diperlukan untuk tumbuh dewasa dari teman-teman atau dari
media massa. Lari dari keluarga sangat kentara dalam keluarga ini, yaitu
konformitas otomaton. Keluarga semacam inilah yang sanagat dicemaskan Fromm.
Menurut Fromm keluarga sangat ideal jika orang tua bertanggung jawab dalam
mendidikan dan memberdayakan akal pikiran anak-anaknya dalam suasana yang penuh
cinta. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga semacam ini mampu memperlihatkan
kebebasan mereka dan bertanggung jawab pada diri mereka sendiri serta kepada
masyarakat secara keseluruhan.
Alam bawah
sadar sosial
Hampir
setiap keluarga merupakan refleksi dari masyarakat dan kebudayaan dimana
keluarga itu berada. Fromm menegaskan bahwa setiap kita “menghisap” masyarakat
itu bersamaan dengan menghisap air susu ibu sewaktu kita bayi dulu. Masyarakat begitu dekat dengan diri kita,
sehingga kita sering lupa bahwa masyarakat itu sendiri berisi begitu banyak
cara dalam menghadapai kehidupan. Kita sering menganggap bahwa cara kita
memperlakukan sesuatu adalah satu-satunya cara yang tersedia. Kita harus
belajar bahwa semua itu telah menjadi alam bawah sadar bagi kita semua atau
lebih tepatnya alam bawah sadar sosial.
Fromm yakin
bahwa alam bawah sadar sosial dapat dipahami dengan menelaah sistem ekonomi
yang berlaku. Dia mendefinisikan sekaligus menciptakan nama bagi 5 tipe
kepribadian berdasarkan system ekonomi. Kelima tipe itu disebut orientasi.
1. Orientasi reseptif
Mereka selalu berharap memperoleh keinginannya secara langsung. Orientasi
jenis ini diidentikkan dengan keluarga simbiotik, khususnya ketika orang tua
“mengeyampingkan” anak-anak mereka dalam bentuk otoritarianisme masokhistik
(pasif). Orientasi ini mirip dengan tahap oral pasif dari Freud, sifat tunduk
dari Adler, menguasai dari Horney. Dalam bentuk yang ektrem orientasi ini
dicirikan oleh sifat terlalu patuh atau terlalu memaksakan keinginan. Dalam
bentuk moderat dilihat dalam sifat rela menerima atau optimistis.
2. Orientasi eksploitatif
Mereka berusaha keras mendapatkan keinginan mereka. Orientasi eksploitatif
diidentikkan dengan sisi “penaklukan” dalam keluarga simbiotik dan gaya
masokhis dari otoritarianisme. Tipe ini sama dengan tahap oral agresif dari
Freud, sifat menguasai dari Adler, dan tipe agresif dari Horney. Dalam bentuk
paling ekstrem, tipe ini orangnya cenderung agresif dan menindas. Ketika orang
dengan kepribadian ini juga memiliki kualitas kepribadian positif, dia akan
menjadi orang yang asertif, menyenangkan dan percaya diri.
3.
Orientasi memiliki
Mereka melihat dunia sebagai hak milik / yang patut dimiliki. Berdasarkan
pemikiran Mark, Fromm mengaitkan tipe kepribadian ini dengan kelas borjuis,
kelas menegah pedagang, petani yang kaya, dan para buruh yang berketerampilan
tinggi. Tipe kepribadian memiliki identik dengan keluarga acuh tak acuh dan
dingin. Tipe kepribadian ini sangat berhubungan dengan perfeksionisme, Freud
menyebutnya tipe anal retentive, Adler menyebutnya tipe penolakan, dan Horney
menyebutnya tipe menguasai. Dalam bentuk yang asli tipe ini keras kepala, kaku
, tidak imajinatif. Dalam wujudnya yang sedang-sedang saja, tipe ini bisa dilihat
pada orang yang bersemangat, rajin, ekonomis, dan praktis.
4.
Orientasi pasar
Orang yang kepribadiannya berorientasi pasar berharap selalu bisa menjual.
Di mana tipe kepribadian modern ini lahir dari keluarga yang acuh tak acuh dan
dingin, serta cenderung memilih konformitas otonom sebagai bentuk pelarian diri
dari kebebasan. Kepribadian di tahap Phallic
yang dikemukankan Freud mungkin mirip dengan ini, yaitu tipe kepribadian yang
menjalani kehidupan dengan prinsip untung rugi. Tipe kepribadian ini dapat
dilihat dalam sifat-sifat seperti oportunistik, kekanak-kanakan, tidak peduli
perasaan orang lain. Sementara bentuk yang positifnya dilihat dalam diri
orang-orang yang memiliki tujuan hidup jelas,berdarah muda dan mudah bergaul.
5.
Orientasi produktif.
Kepribadian yang sehat / tanpa topeng. Ini adalah orang yang disatu sisi
tidak mengingkari kebutuhan-kebutuhan biologis dan sosialnya, namun di sisi
lain tidak pernah mencoba lari dari kebebasan dan tanggung jawabnya.
Orang-orang dengan tipe kepribadian semacam ini datang dari keluarga-keluarga
yang mencintai tanpa mengekang kebebasan individual, keluarga yang lebih
menekankan pertimbangan akal sehat dan kebebasan ketimbang aturan dan
ketundukan.
Kejahatan
Kelima
orintasi yang telah dibicarakan tadi, baik yang produktif maupun yang tidak,
atau yang “memiliki” atau “menjadi”, memiliki satu kesamaan yaitu sebagai usaha
menjalani hidup, sebagaimana Horney, Fromm yakin bahwa orang yang mengidap
nheorotik akut paling tidak ingin menaklukan hidup. Artinya mereka memiliki
sifat biophilus(terlalu mencintai
hidup)
Tapi masih
ada tipe kepribadaian lain yang dia sebut necrophilous(mencintai
kematian). Fromm mengasumsikan beberapa hal yang menyebabkan orang bisa
berkepribadian seperti itu, ada pengaruh keturunan yang menyebabkan orang tidak
memiliki perasaan saying atau respon afektif. Kepribadian necrophiliac juga bisa disebabkan oleh kenyataan hidup yang penuh
keputusasaan sehingga orang menghabiskansisa hiduypnya dengan persaan dendam
dan kebencian, dan mungkin penyebabnya adalah ibu yang membesarkan seseorang
yang memiliki kepribadian seperti ini, sehingga tidak ada tempat untuk belajar
artyio cinta dan kasih saying.
B.
Abraham Maslow
Biografi
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1
April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang
tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak
yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa
dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas
dihuni oleh non Yahudi.
Asumsi dan Prinsip Dasar Teori
Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa (1) tingkah laku
individu pada mulanya ditentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya
sendiri dan dunia sekitarnya, dan (2) individu bukanlah satu-satunya hasil dari
lingkungan mereka seperti yang dikatakan oleh ahli teori tingkah laku,
melainkan langsung dari dalam (internal), bebas memilih, dimotivasi oleh
keinginan untuk aktualisasi diri (self-actualization) atau memenuhi potensi
keunikan mereka sebagai manusia.
Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
- Suatu usaha yang positif untuk berkembang
- Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan
pertama, seperti kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan
yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya.
Maslow Berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek
individu, dan menekankan kesehatan daripada sekedar penyakit dan masalah.
Detail Teori
Teori yang terkenal dari Maslow yang merupakan salah satu tokoh humanistik
adalah teori tentang Hirarki Kebutuhan. Adapun hirarki kebutuhan tersebut
adalah sebagai berikut:
- Kebutuhan fisiologis atau dasar
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
- Kebutuhan untuk dihargai
- Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow (1968) berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan
untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau
mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling
penting. Tetapi jika manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa
aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu
kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam
kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali
mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan
estetis dan akhirnya self-actualization.
Maslow (1954) menyusun hirerarki kebutuhan. Di dalam hirarki ini, ia
menggunakan suatu susunan piramida untuk menjelaskan dorongan atau kebutuhan
dasar yang memotivasi individu. Kebutuhan yang paling dasar, yakni kebutuhan
fisiologis akan makanan, air, tidur, tempat tinggal, ekspresi seksual, dan
bebas dari rasa nyeri, harus dipenuhi pertama kali. Tingkat kedua adalah
kebutuhan akan keselamatan, keamanan, dan bebas dari bahaya atau ancaman
kerugian. Tingkat ketiga ialah kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang
mencakup membina keintiman, persahabatan, dan dukungan. Tingkat keempat ialah
kebutuhan harga diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan diargai orang
lain. Tingkat yang paling tinggi ialah aktualisasi diri, kebutuhan akan
kecantikan, kebenaran, dan keadilan.
Maslow mengajikan hipotesis bahwa kebutuhan dasar di tingkat paling
bawah piramida akan mendominasi perilaku individu sampai kebutuhan
tersebut dipenuhi, kemudian kebutuhan tingkat selanjutnya menjadi dominan.
Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri untuk menjelaskan individu yang
telah mencapai semua kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara
keseluruhan dalam hidup.
Teori Maslow menjelaskan bahwa perbedaan individu terletak pada
motivasinya, yang tidak selalu stabil seanjang kehidupan. Lingkungan hidup yang
traumatic atau kesehatan yang terganggu dapat menyebabkan individu mundur ke
tingkat motivasi yang lebih rendah.
Kedudukan Pengasuhan dalam Teori
Dalam pendekatan humanistik, orang tua diajarkan untuk mencerminkan
perasaan anak-anak mereka dan membantu mereka tumbuh dalam kesadaran diri dan
pemahaman, serta memfasilitasi kematangan psikologis anak-anak mereka.
Abraham Maslow melengkapi pemikiran tersebut dengan teori motivasi.
Menurutnya, potensi-potensi unik seorang anak akan muncul apabila diberi
motivasi dengan cara penyampaian wawasan, contoh orang tua, pergaulan dengan
teman lain, maupun pengalaman langsung.
Dalam praktik pengasuhan, orang tua dianggap sebagai fasilitator yaitu
menyediakan lingkungan dan sarana belajar anak untuk mengembangkan potensinya.
Semakin dipenuhinya fasilitas yang dibutuhkan anak, akan semakin berkembang
potensi-potensi yang dimiliki seorang anak.
Selain itu, orang tua harus berperan sebagai motivator. Peran ini dilakukan
dengan memberikan dorongan dan dukungan bagi berbagai hal yang menjadi minat
seorang anak. Apabila anak melakukan kekeliruan tidak disalahkan atau
disudutkan tetapi diberi berikan bimbingan dengan kalimat-kalimat yang
membangkitkan semangat. Sehingga anak terpacu untuk melakukan tugasnya dan
semakin tinggi tingkat pengaktualisasiannya.
C.
Teori
CARL ROGERS
Biografi
Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari 1902. Pada
umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik
kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi,
dan pada tahun-tahun pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat.
Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin pada 1924 Rogers
masuk Union Theological College of Columbia, disana Rogers mendapat pandangan
yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College
of Columbia, disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal
psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat gelar M.A.
pada 1928 dan doctor pada 1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang
pertama-tama diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut
orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang
spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan
statistik dan pemikiran menurut aliran Thorndike.
Aktualisasi Diri
Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi
humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis,
ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman-pengalaman
terapeutiknya. Ide pokok dari teori – teori Rogers
yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri,
menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor
menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk
aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah
aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi
dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran
Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman
seksual sebelumnya. Rogers lebih
melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan
mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan
mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi
sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri
dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik.
Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar
khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan
perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi)
seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke
psikologis. Rogers dikenal juga sebagai seorang
fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi
individu. Realitas tiap orang akan berbeda–beda tergantung pada
pengalaman–pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal
field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan
fenomenal tersebut.
Perkembangan Kepribadian
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari
ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“
merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti
dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan
sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“
dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept
adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan
aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri
ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak,
Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1. Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang
dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2. Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan
dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini
ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya.
Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku
sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang
tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang
tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya.
Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan
kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa
diterima di lingkungan.
Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan
merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka
dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka
mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence
yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu
mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan,
penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri
dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini
disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional
positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak
bersyarat).
• Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan
penghargaan positif bagi dirinya (unconditional positive regard) dimana
anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
• Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif
bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri,
menghindari tingkah laku yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang
mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai
karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak
bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
POKOK-POKOK TEORI ROGERS
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
- Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual)
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
- Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
- Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
- Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
- 2. Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience)
Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah
pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
- Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai bermacam-macam sifat:
- Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
- Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
- Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan).
- Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
- Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
- Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar