Sabtu, 04 Mei 2013

tugas kesehatan mental ke2



A.  Erich Fromm

Biografi
Erich Fromm lahir pada tahun 1900 di Frankfurt, Jerman. Keluarga Erick Fromm adalah keluarga yang taat beragama Yahudi, setelah dewasa dia menjadi seorang mistikus yang atheis. Fromm menerima gelar Ph.D-nya dari Heidelberg tahun 1922, dan setelah itu berkarir sebagai psikoterapis. Menjelang akhir karirnya, dia pindah mengajar ke Mexico city dan melakukan berbagai penelitian tentang hubungan kelas-kelas ekonomi dengan tipe-tipe kepribadian dan meninggal pada tahun 1980 di Swiss. 

Teori
Keunikan teori Fromm terletak pada usahanya menggabungkan Freud dan Mark. Di satu sisi, Freud memfokuskan teorinya pada alam bawah sadar, kebutuhan-kebutuhan biologis, refresi dan lain sebagainya. Freud mempostulatkan bahwa karakter manusia ditentukan oleh aspek biologis. Sedangkan Mark berpendapat bahwa manusia ditentukan oleh masyarakat tempat hidupnya, khususnya oleh sistem ekonomi yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Fromm menambahi dua sistem deterministik yaitu ide tentang kebebasan. Fromm mengarahkan orang untuk melampaui determinisme yang ditentukan oleh Freud dan Marx. Sebenarnya Fromm menjadikan ide tentang kebebasan ini sebagai karakteristik utama manusia. contoh determinasi sendiri adalah determinisme biologis ala Freudian yang merupakan binatang. Binatang tidak mencemaskan masalah kebebasan, insting mereka telah disiapkan menghadapi segala sesuatu. Tupai, misalnya, tidak perlu pusing-pusing memikirkan mereka akan jadi apa setelah dewasa. Mereka harus jadi tupai, itu saja.

Kondisi Eksistensi Manusia
1.  Dilema Eksistensi
Menurut Fromm hakekat manusia bersifat dualistik. Empat dualistik dalam diri manusia yang merupakan kondisi dasar eksistensi manusia, yaitu :
1)      Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia
2)      Hidup dan mati
3)      Ketidaksempurnaan dan kesempurnaan
4)      Kesendirian dan kebersamaan

2.      Kebutuhan Manusia
Menurut Fromm arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai manusia terbagai dua, yaitu kebutuhan kebebasan dan keterikatan dan kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas.
1)      Kebutuhan kebebasan dan keterikatan
a.   Keterhubungan (relatedness)
Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri.
b.   Keberasalan (rootedness)
Kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman  di dunia.
c.    Menjadi pencipta (transcendency)
Manusia membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat pasif dikuasai alam menjadi aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari makhluk ciptaan menjadi pencipta.
d.   Kesatuan (unity)
Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakekat binatang dan non binatang dalam diri individu.
e.    Identitas (identity)
Kebutuhan untuk menjadi “aku” kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah.

2)   Kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas
a.   Kerangka orientasi (frame of orientation)
Orang membutuhkan peta hidup mengenai dunia sosial dan dunia yang dialaminya. Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai  eksistensi hidup, perjalanan hidup-tingkah laku bagaimana yang harus dikerjakan, yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.
b.   Kerangka kesetiaan (frame of devotion)
Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang mutlak. Kerangka pengabdian adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nilai-nilai dan titik puncak dari semua perjuangan.
c.   Keterangsangan-stimulasi (excitation-stimulation)
Kebutuhan untuk melatih sistem syaraf, untuk memanfaatkan kemampuan otak.
d.   Keefektivan (efectivity)                           
Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi.

  3)      Mekanisme melarikan diri dari kebebasan
Menurut Fromm ciri orang yang mentalnya sehat adalah orang yang mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntunan lingkungan sosialnya, sekaligus mampu berpartisipasi dalam kehidupan penuh cinta.
Menurut Fromm, normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan) dari individu.
Ada dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan. Pertama, mencapai kebebasan positif dan kedua, memperoleh rasa aman.

Fromm mengemukakan 3 bentuk pelarian diri dari kebebasan(escape from Freedom) :
1.      otoritarianisme.
Kita lari dari kebebasan dengan cara meluruhkan diri dengan orang lain. Misalnya, dengan melibatkan diri ke dalam sistem yang otoriter seperti masyarakat zaman tengah. Ini terjadi dengan dua cara, pertama dengan takluk pada kekuasaan orang lain, menjadi pasif dan tunduk. Kedua, anda akan menjadi orang yang otoriter, artinya Anda menjadi orang yang menentukan struktur bagi orang lain. Fromm mengatakan bahwa bentuk paling ekstrem dari otoritarianisme adalah Mesokhisme dan Sadisme. Menurutnya kedua sifat ini membuat orang dikuasai oleh keinginannya untuk memainkan peranan yang aneh dan berbeda dengan orang lain.

2.      Destruktif.
Orang yang otoriter menanggapi penderitaan mereka dengan cara mengecilkan, bahkan meniadakan diri mereka sendiri. Fromm menambahkan bahwa kalau keinginan seseorang orang dirusak untuk menghalangi keadaan sekelilingnya, dia akan mengarahkan keinginan ini ke dalam (kepada dirinya sendiri). Bentuk paling ekstrem dari menyakiti diri sendiri ini adalah bunuh diri, tapi bentuk-bentuk lainnya juga sangat beragam seperti narkoba, alkoholisme sampai pada keinginan sampai selalu pasif. Dia membalik insting kematian ala Frued, karena keinginan menyakiti diri sendiri adalah wujud dari keputusasaan.

3.      konformitas otomaton.
Orang-orang otoriter lari dari kebebasan dengan cara bersembunyi dibalik hierarki kekuasaan yang otoriter. Masalahnya adalah masyarakat saat ini lebih mengutamakan kesetaraan, artinya tidak terlalu banyak hierarki kekuasaan yang bisa dijadikan tempat bersembunyi. Cara ketiga ini adalah imbangan horizontal dari otoritarianisme yang bersifat vertical. Orang yang menggunakan konformitas otomaton persis seperti bunglon. Dia akan berubah sesuai dengan warna yang ada disekelilingnya. Keberadaan “hakiki” manusia adalah kebebasan, maka bentuk-bentuk pelarian dari kebebasan ini memencilkan kita dari diri sendiri.  Maksud Fromm disini adalah kebebasan yang betul-betul bersifat pribadi, bukan kebebasan politik (yang sering disebut “kemerdekaan”). Sebagai contoh, orang mengidap sadisme seksual (masokhisme seksual), orang seperti ini adalah orang yang memiliki persoalan psikologis sehingga mempengaruhi perilaku seksualnya.

Keluarga

Bentuk pelarian dari kebebasan yang anda lakukan sangat terkait dengan kondisi keluarga di mana Anda dibesarkan. Fromm menunjukan dua jenis keluarga yang tidak produktif :

1.     Keluarga-keluarga simbiotik
Simbiosis adalah hubungan dua makhluk hidup di mana keberadaan yang satu menentukan keberadaan yang lain. Dalam keluarga simbiotik beberapa anggota keluarga “dikuasai” oleh anggota keluarga yang lain. Contoh yang paling jelas adalah orang tua yang “menguasai” anaknya, sehingga kepribadian anak tumbuh menjadi bayangan keinginan orang tua. Dalam masyarakat tradisional hal ini biasa terjadi terutama pada diri anak-anak perempuan. Tapi ada pula anak yang menguasai orang tua, dalam kasus ini, anak mendominasi atau memanipulasi orang tua yang keberadaannya hanya melayani keinginan anaknya.

2.     Keluarga yang acuh tak acuh
Ciri keluarga ini adalah pengabaian yang dingin, kalau bukan kebencian yang dingin. Jenis keluarga yang “dingin” ini adalah bentuk pertama dari dua bentuk keluarga yang acuh tak acuh dalam peradaban manusia. Dalam keluarga ini, tuntunan orang tua kepada anak-anaknya sangat kuat, mereka diharapkan mampu meraih standar penghidupan yang lebih baik. Hukuman yang diberikan apabila anak berbuat salah dilaksanakan dengan “darah dingin” yang dijatuhkan “demi kebaikanmu sendiri”. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga ini sangat terdorong bahkan cenderung bernapsu untuk meraih kesuksesan sebagaimana yang diinginkan budaya yang membesarkan mereka. Bentuk kedua dari keluarga acuh tak acuh adalah keluarga modern. Perubahan cara pandang tentang bagaimana mengasuh anak telah membuat para orang tua tidak mau lagi menjatuhkan hukuman fisik dan perasaan bersalah kepada anak-anak mereka yang bersalah. Cara ini ditukar dengan gagasan yang lebih baru, yakni dengan menjadikan anak-anak setara dengan orang tua.seorang ayah menjadi “sahabat” anaknya. Atau seorang ibu menjadi “teman curhat”anaknya. Tapi masalahnya adalah ketika mereka mengontrol emosi anak-anak, orang tua cenderung tidak terlalu tanggap. Dalam keluarga seperti ini anak-anak tumbuh tanpa tuntunan orang tua mereka. Mereka meperoleh nilai-nilai yang diperlukan untuk tumbuh dewasa dari teman-teman atau dari media massa. Lari dari keluarga sangat kentara dalam keluarga ini, yaitu konformitas otomaton. Keluarga semacam inilah yang sanagat dicemaskan Fromm. Menurut Fromm keluarga sangat ideal jika orang tua bertanggung jawab dalam mendidikan dan memberdayakan akal pikiran anak-anaknya dalam suasana yang penuh cinta. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga semacam ini mampu memperlihatkan kebebasan mereka dan bertanggung jawab pada diri mereka sendiri serta kepada masyarakat secara keseluruhan.

Alam bawah sadar sosial
Hampir setiap keluarga merupakan refleksi dari masyarakat dan kebudayaan dimana keluarga itu berada. Fromm menegaskan bahwa setiap kita “menghisap” masyarakat itu bersamaan dengan menghisap air susu ibu sewaktu kita bayi dulu.  Masyarakat begitu dekat dengan diri kita, sehingga kita sering lupa bahwa masyarakat itu sendiri berisi begitu banyak cara dalam menghadapai kehidupan. Kita sering menganggap bahwa cara kita memperlakukan sesuatu adalah satu-satunya cara yang tersedia. Kita harus belajar bahwa semua itu telah menjadi alam bawah sadar bagi kita semua atau lebih tepatnya alam bawah sadar sosial.
Fromm yakin bahwa alam bawah sadar sosial dapat dipahami dengan menelaah sistem ekonomi yang berlaku. Dia mendefinisikan sekaligus menciptakan nama bagi 5 tipe kepribadian berdasarkan system ekonomi. Kelima tipe itu disebut orientasi.
1.    Orientasi reseptif
Mereka selalu berharap memperoleh keinginannya secara langsung. Orientasi jenis ini diidentikkan dengan keluarga simbiotik, khususnya ketika orang tua “mengeyampingkan” anak-anak mereka dalam bentuk otoritarianisme masokhistik (pasif). Orientasi ini mirip dengan tahap oral pasif dari Freud, sifat tunduk dari Adler, menguasai dari Horney. Dalam bentuk yang ektrem orientasi ini dicirikan oleh sifat terlalu patuh atau terlalu memaksakan keinginan. Dalam bentuk moderat dilihat dalam sifat rela menerima atau optimistis.
2.    Orientasi eksploitatif
Mereka berusaha keras mendapatkan keinginan mereka. Orientasi eksploitatif diidentikkan dengan sisi “penaklukan” dalam keluarga simbiotik dan gaya masokhis dari otoritarianisme. Tipe ini sama dengan tahap oral agresif dari Freud, sifat menguasai dari Adler, dan tipe agresif dari Horney. Dalam bentuk paling ekstrem, tipe ini orangnya cenderung agresif dan menindas. Ketika orang dengan kepribadian ini juga memiliki kualitas kepribadian positif, dia akan menjadi orang yang asertif, menyenangkan dan percaya diri.
3.      Orientasi memiliki
Mereka melihat dunia sebagai hak milik / yang patut dimiliki. Berdasarkan pemikiran Mark, Fromm mengaitkan tipe kepribadian ini dengan kelas borjuis, kelas menegah pedagang, petani yang kaya, dan para buruh yang berketerampilan tinggi. Tipe kepribadian memiliki identik dengan keluarga acuh tak acuh dan dingin. Tipe kepribadian ini sangat berhubungan dengan perfeksionisme, Freud menyebutnya tipe anal retentive, Adler menyebutnya tipe penolakan, dan Horney menyebutnya tipe menguasai. Dalam bentuk yang asli tipe ini keras kepala, kaku , tidak imajinatif. Dalam wujudnya yang sedang-sedang saja, tipe ini bisa dilihat pada orang yang bersemangat, rajin, ekonomis, dan praktis.
4.      Orientasi pasar
Orang yang kepribadiannya berorientasi pasar berharap selalu bisa menjual. Di mana tipe kepribadian modern ini lahir dari keluarga yang acuh tak acuh dan dingin, serta cenderung memilih konformitas otonom sebagai bentuk pelarian diri dari kebebasan. Kepribadian di tahap Phallic yang dikemukankan Freud mungkin mirip dengan ini, yaitu tipe kepribadian yang menjalani kehidupan dengan prinsip untung rugi. Tipe kepribadian ini dapat dilihat dalam sifat-sifat seperti oportunistik, kekanak-kanakan, tidak peduli perasaan orang lain. Sementara bentuk yang positifnya dilihat dalam diri orang-orang yang memiliki tujuan hidup jelas,berdarah muda dan mudah bergaul.
5.      Orientasi produktif.
Kepribadian yang sehat / tanpa topeng. Ini adalah orang yang disatu sisi tidak mengingkari kebutuhan-kebutuhan biologis dan sosialnya, namun di sisi lain tidak pernah mencoba lari dari kebebasan dan tanggung jawabnya. Orang-orang dengan tipe kepribadian semacam ini datang dari keluarga-keluarga yang mencintai tanpa mengekang kebebasan individual, keluarga yang lebih menekankan pertimbangan akal sehat dan kebebasan ketimbang aturan dan ketundukan.

Kejahatan
Kelima orintasi yang telah dibicarakan tadi, baik yang produktif maupun yang tidak, atau yang “memiliki” atau “menjadi”, memiliki satu kesamaan yaitu sebagai usaha menjalani hidup, sebagaimana Horney, Fromm yakin bahwa orang yang mengidap nheorotik akut paling tidak ingin menaklukan hidup. Artinya mereka memiliki sifat biophilus(terlalu mencintai hidup)
Tapi masih ada tipe kepribadaian lain yang dia sebut necrophilous(mencintai kematian). Fromm mengasumsikan beberapa hal yang menyebabkan orang bisa berkepribadian seperti itu, ada pengaruh keturunan yang menyebabkan orang tidak memiliki perasaan saying atau respon afektif. Kepribadian necrophiliac juga bisa disebabkan oleh kenyataan hidup yang penuh keputusasaan sehingga orang menghabiskansisa hiduypnya dengan persaan dendam dan kebencian, dan mungkin penyebabnya adalah ibu yang membesarkan seseorang yang memiliki kepribadian seperti ini, sehingga tidak ada tempat untuk belajar artyio cinta dan kasih saying.

B.   Abraham Maslow
Biografi
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Asumsi dan Prinsip Dasar Teori
Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa (1) tingkah laku  individu pada mulanya ditentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, dan (2) individu bukanlah satu-satunya hasil dari lingkungan mereka seperti yang dikatakan oleh ahli teori tingkah laku, melainkan langsung dari dalam (internal), bebas memilih, dimotivasi oleh keinginan untuk aktualisasi diri (self-actualization) atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai manusia.
Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
  1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
  2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya.
Maslow Berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek individu, dan menekankan kesehatan daripada sekedar penyakit dan masalah.
Detail Teori
Teori yang terkenal dari Maslow yang merupakan salah satu tokoh humanistik adalah teori tentang Hirarki Kebutuhan. Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Kebutuhan fisiologis atau dasar
  2. Kebutuhan akan rasa aman
    1. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
    2. Kebutuhan untuk dihargai
    3. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow (1968) berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya self-actualization.
Maslow (1954) menyusun hirerarki kebutuhan. Di dalam hirarki ini, ia menggunakan suatu susunan piramida untuk menjelaskan dorongan atau kebutuhan dasar yang memotivasi individu. Kebutuhan yang paling dasar, yakni kebutuhan fisiologis akan makanan, air, tidur, tempat tinggal, ekspresi seksual, dan bebas dari rasa nyeri, harus dipenuhi pertama kali. Tingkat kedua adalah kebutuhan akan keselamatan, keamanan, dan bebas dari bahaya atau ancaman kerugian. Tingkat ketiga ialah kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang mencakup membina keintiman, persahabatan, dan dukungan. Tingkat keempat ialah kebutuhan harga diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan diargai orang lain. Tingkat yang paling tinggi ialah aktualisasi diri, kebutuhan akan kecantikan, kebenaran, dan  keadilan.
Maslow mengajikan hipotesis bahwa kebutuhan dasar di tingkat paling bawah  piramida akan mendominasi perilaku individu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi, kemudian kebutuhan tingkat selanjutnya menjadi dominan.
Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri untuk menjelaskan individu yang telah mencapai semua kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara keseluruhan dalam hidup.
Teori Maslow menjelaskan bahwa perbedaan individu terletak pada motivasinya, yang tidak selalu stabil seanjang kehidupan. Lingkungan hidup yang traumatic atau kesehatan yang terganggu dapat menyebabkan individu mundur ke tingkat motivasi yang lebih rendah.
Kedudukan Pengasuhan dalam Teori
Dalam pendekatan humanistik, orang tua diajarkan untuk mencerminkan perasaan anak-anak mereka dan membantu mereka tumbuh dalam kesadaran diri dan pemahaman, serta memfasilitasi kematangan psikologis anak-anak mereka.
Abraham Maslow melengkapi pemikiran tersebut dengan teori motivasi. Menurutnya, potensi-potensi unik seorang anak akan muncul apabila diberi motivasi dengan cara penyampaian wawasan, contoh orang tua, pergaulan dengan teman lain, maupun pengalaman langsung.
Dalam praktik pengasuhan, orang tua dianggap sebagai fasilitator yaitu menyediakan lingkungan dan sarana belajar anak untuk mengembangkan potensinya. Semakin dipenuhinya fasilitas yang dibutuhkan anak, akan semakin berkembang potensi-potensi yang dimiliki seorang anak.
Selain itu, orang tua harus berperan sebagai motivator. Peran ini dilakukan dengan memberikan dorongan dan dukungan bagi berbagai hal yang menjadi minat seorang anak. Apabila anak melakukan kekeliruan tidak disalahkan atau disudutkan tetapi diberi berikan bimbingan dengan kalimat-kalimat yang membangkitkan semangat. Sehingga anak terpacu untuk melakukan tugasnya dan semakin tinggi tingkat pengaktualisasiannya.
C.     Teori CARL ROGERS
Biografi
Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari 1902. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan pada tahun-tahun pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin pada 1924 Rogers masuk Union Theological College of Columbia, disana Rogers mendapat pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of Columbia, disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut aliran Thorndike.
Aktualisasi Diri
Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman-pengalaman terapeutiknya. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis. Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda–beda tergantung pada pengalaman–pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.
Perkembangan Kepribadian
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1. Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2. Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
• Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya (unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
• Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
POKOK-POKOK TEORI ROGERS
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
  1. Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual)
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
  1. Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
  2. Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
  3. Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
  4. 2. Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience)
Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
  1. Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai bermacam-macam sifat:
  1. Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
  2. Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
  3. Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan).
  4. Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
  5. Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
  6. Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.
Daftar Pustaka